Tempat asli pohon “ebu”. Di lokasi pohon “ebu”, ketua adat membuat upacara pemberiaan makan kepada nenek moyang (para leluhur), sekaligus memohon doa restu para leluhur untuk membantu terselenggaranya upacara tersebut.
Tempat persemayaman sementara Peo selama diukir. Di tempat ini pula, ketua adat sering melakukan upacara “Wesa Rea”(Berdoa dan memberi makan kepada para leluhur), untuk menunjukkan bahwa para leluhur senantiasa hadir dalam setiap kesempatan pengukiran Peo itu.
Nabe. Menurut keyakinan masyarakat bahwa di bawah tempat ini, arwah para leluhur hidup. Dalam bahasa setempat di sebut “Rale Au Nabe Tau bupu Nggae”, artinya di bawah nabe, ada mereka yang mendahului kita ke alam baka.
Wewa Tedaartinya di halaman rumah adat. Di tempat ini segala kegiatan adat dimulai. Pertama-tama orang harus keluar dari rumah adat, sebelum memulai segala upacara adat. Istilahnya “Poro Tolo, Wau Sa’o”, artinya sebelum melaksanakan segala kegiatan adat apa saja, orang harus memohon restu dari para leluhur yang diyakini juga tinggal di rumah adat.
TATA CARA DAN SEMUANYA MENGENAI PEMBUATAN DAN MAKNA PEO BAGI ORANG
NAGEKEO SEPENUHNYA SECARA LENGKAP ADA DALAM BLOG INI, HANYA SENGAJA SAYA BAGI PERKELOMPOK AGAR TIDAK TERLALU PANJANG
saya suka tulisan2 anda
BalasHapus